Senin, 02 Maret 2015

Dibawah Rinai Hujan

“Dan Kami Turunkan dari awan, air hujan yang tercurah dengan hebatnya. Untuk Kami Tumbuhkan dengan air itu biji-bijian dan tanam-tanaman. Dan kebun-kebun yang rindang.” (Q.S. An-Naba’: 14-16).

Hujan merupakan salah satu bukti Kuasa Sang Maha Pencipta yang tak tertandingi. Bahkan ilmuwan paling pintar di muka bumi sekalipun takkan mampu menandingi ciptaan-Nya, meskipun hanya menciptakan sesuatu yang serupa dengan hujan.

Selalu saja ada banyak cara tuk menikmati anugrah-Nya, tiap kali curahan air yang tumpah ruah dari langit mengguyur bumi. Salah satunya adalah Mandi hujan. Hyups,, binar-binar bahagia sudah pasti akan menghias raut polos anak manusia J,, seakan omelan, bahkan tidak jarang dapat bonus jeweran kuping sudah tak lagi mempan. Karena yang ada dalam hati cuma satu “bisa tertawa dan menari bersama rinai hujan”. Meski terkadang bagi pelajar, ujung-ujungnya juga menimbulkan masalah, entah sakitlah, seragam belum keringlah, sepatu masih basahlah, dan berbagai alasan yang didengungkan oleh “para pelajar” agar terbebas dari hukuman karena melewatkan beberapa tata tertib sekolah setelah hujan-hujan. Hoho…


Saat curahan air tumpah ruah dari langit, tentu kesempatan tuk bersenang-senang tak akan dilewatkan begitu saja. Tidak hanya sekedar dinikmati dengan berlari-lari ditengah hujan deras, tetapi seringkali permainan-permainan seru tercipta karenanya. Bagi anak laki-laki permainan sepak bola akan terasa lebih seru dan menyenangkan sembari bermain hujan-hujanan. 

 Bermain selodor dibawah rinai hujan




                                       Setelah hujan reda, permainanpun berhenti :D

Mandi hujan memang selalu terasa menyenangkan, tetapi kesehatan juga sangatlah penting. Oleh karena itu, tiap kali selesai bermain hujan hendaknya langsung mengguyur kepala dengan air biasa, bila perlu sampoan juga tuh.. hehe… dan berganti dengan baju kering (jangan membiarkan pakaian basah yang dipakai hujan-hujan hampir mengering di badan, agar tak masuk angin).
Serta ada baiknya menikmati segelas teh hangat tuk menghangatkan badan.

Hujan adalah Anugrah tak terkira, entah curahnya kecil ataupun besar. Tetapi sebagai manusia seringkali kita menyalahkan atau bahkan menghujat “guyurannya.” Masih saja kita menyalahkan dan mendengungkan kalau hujan seringkali akan mendatangkan bencana. Padahal kalaupun terjadi banjir atau longsor sekalipun, semua itu tak lepas dari kesalahan dan kecerobohan kita sebagai manusia. Sampah dibuang seenaknya di sungai atau selokan-selokan, pohon-pohon yang sejatinya menjadi penyerap air dibabat habis-habisan. Dan sama sekali tak ada celah tuk menyerap air di kota-kota besar karena semua areanya telah sempurna tertutup campuran semen dan pasir :D..

So… mari mulai kesadaran dari diri kita sendiri dengan memperhatikan lingkungan tempat tinggal kita. Sampah tak seharusnya dibuang ke sungai dan perlunya area resapan hujan, tak semestinya halaman rumah ditutupi dengan campuran semen plus pasir yang mampu menghalangi air langsung meresap kedalam tanah. ;)


       









Selasa, 17 Februari 2015

Nikmatnya Olahan Gedebong (Batang) Pisang ala Lombok


                                       Ares Gedebong Pisang nan nikmat

Ares merupakan Lauk tradisional khas Suku Sasak (Lombok) yang terbuat dari gedebong (batang) pohon pisang yang masih muda. Apalagi biasanya ditambahkan dengan potongan daging sapi. Wiihh hebat ! Top B-G-T

Cara pembuatannya pun cukup sederhana, yakni batang pohon pisang yang masih muda (belum berbunga) dikupas hingga yang tersisa hanya sedikit bagian dalamnya saja. Bagian dalam inilah yang diiris tipis-tipis dan sebelum diolah langsung diberi garam, kemudian diremas-remas (seperti menghilangkan rasa pahit pada pare), setelah itu barulah dicuci bersih. 

Batang Pisang (bahan utama)


Hampir siap jadi Ares :D

Cita rasanya sangat unik, manis dan gurih berpadu dalam kuah santan yang telah dibumbui dengan aneka macam bumbu rempah-rempah. Seperti ketumbar, jintan, lengkuas, jahe, kemiri, bawang merah, bawang putih, kunyit, garam dan terasi, serta gula secukupnya. Tetapi penyedap rasa sangat dihindari dalam masakan ini, karena hal tersebut dapat merusak cita rasa lauk Ares.

Pada awalnya, Ares hanya disajikan pada saat ada acara “Begawe” (hajatan), seperti saat hajatan bagi orang yang hendak melakukan hajatan Haji, sunatan ataupun hajatan pernikahan. Biasanya untuk hajatan pernikahan, Ares dimasak menggunakan panci ukuran super besar sehingga membutuhkan waktu hingga 1 jam untuk matang. Bagi masyarakat Lombok sendiri, keberadaan Ares dalam hajatan pernikahan sangatlah berarti, seakan sudah menjadi menu wajib. Bahkan mereka berpendapat bahwa “Tidak lengkap sebuah pesta pernikahan jika tidak disediakan hidangan Ares.” (benar-benar segitu berartinya menu ini :D)

Namun saat ini, menu Ares telah banyak dijumpai di warung-warung makan yang ada diseputaran Lombok, terutama dikawasan Mataram dan Cakranegara. Jadi, kini Ares tidak hanya bisa dicicipi saat ada acara “Begawe” saja. Menu Ares sangat cocok dijadikan sebagai lauk saat masih panas, dengan sepiring nasi putih. Rasanya benar-benar nikmat euy. Patut dicoba ;)



Selasa, 03 Februari 2015

Jalan Sehat Berhadiah Kipas Angin

Beberapa waktu yang lalu diawal-awal tahun ini, ada yang terasa spesial di jum’at pagi. Karena biasanya aku hanya lari pagi sendirian menyusuri jalan dari depan kampus STMIK Syaikh Zainuddin NW Anjani menuju pasar sela’ (Cuma buka pukul 06.00-07.30). Di pagi jum’at itu, ketua pimpinan di kampus tempat ku bekerja mengintruksikan pada 10 oarang staffnya agar ikut berpartisipasi diacara jalan sehat dalam rangka memperingati Milad Muhammadiyah ke-105 dan Aisyiyah ke-100, dan aku termasuk salah seorang diantara yang 10 orang itu. Tapi sayang satu orang akhirnya tidak bisa ikut karena mendadak diminta pulang oleh orang tuanya.    

                              Lokasi acara @Taman Kota Selong, Lombok Timur

Kami berangkat dari kampus STMIK Syaikh Zainuddin NW Anjani sekitar pukul 07.10 menuju Taman KotaSelong, tempat start acara jalan sehat tersebut. Sampai disana, acara pembukaan yang sejatinya pukul 07.30 belum dimulai. Perut kami yang belum diisi asupan amunisi pagi mulai berdendang penuh semangat, beruntung ada yang jualan telur puyuh rebus. Jadi, sementara menunggu acara dimulai, kami malah sibuk membagi kupon undian plus berpose. Ehee,, 

                                    Bagi-bagi kupon keberuntungan :D


Usai acara pembukaan yang dilakukan oleh perwakilan dari utusan Bupati Lombok Timur, para peserta mulai diminta untuk bersiap-siap membuat barisan ditepi jalan, depan taman kota. Acara jalan sehat pagi itu tidak hanya diikuti oleh para peserta yang berasal dari lingkup institusi berlabel Muhammadiyah saja, karena institusi berlabel NW (Nahdatul Wathan) pun turut diundang memeriahkan acara Milad tersebut.
Dan pesertanya lebih banyak merupakan perwakilan siswa-siswi dari beberapa sekolah yang ada di lombok timur, bahkan anak-anak tingkat TK pun ikut serta.

                    Dilepas oleh aksi keren TK Muhammadiyah Kelayu

Hyupp,,, perjalanan keliling Taman Kota pun dimulai, rute jalan sehat pagi itu start dari Taman Kota, kemudian berbelok kearah jalan Prof. M. Yamin, didepan RSUD. Dr. Raden Soedjono Selong kemudian melewati jalan Pejanggik – jalan TGH. M. Zainuddin Abdul Majid dan finish lagi di Taman Kota Selong.
 Jalan pagi cinkkk :D

Perjalanan menjadi tidak terasa jauh, karena disepanjang jalan selalu dialihkan dengan canda tawa. Juga oleh aksi si Inyong yang meminta adik-adik SMA jadi modelnya. 

                                       Hasil jepretan si “Inyong”
Fiuhh,, setelah berjalan sekitar satu setengah jam, akhirnya kami tiba juga digaris finish. Dan disambut oleh penampilan adik-adik mungil yang kelihatan sangat menikmati permainan drumband mereka. 

Bravo adik-adik mungil ;)

Dan panitia empunya acara mulai menggema mengumumkan pembacaan nomor-nomor kupon undian. Aahh hadiahnya benar-benar sangat menarik euyy,, nggak tanggung-tanggung selain hadiah berupa barang-barang murah meriah ada juga hadiah berupa hp, kompor gas, kipas angin, bahkan sebuah sepeda telah siap menanti tuk dibawa pulang bagi yang beruntung.

                                Harap-harap cemas menunggu panggilan 

Setiap kali ada yang berhasil nomornya disebut, suara riuh dan tepuk tangan memenuhi area acara. Sementara yang lain masih menunggu dan berharap akan terpanggil. Haha.. setelah lama menunggu, bahkan sudah hadiah merupakan hadiah paling bontot, akhirnya salah satu no yang ada dirombongan ku keluar juga, dapat kipas angin kecil.

                                                                     Assyeekkk dapat hadiah

Yipppii dapat hadiah, hehe… puas berpose bareng hadiah yang didapat kami pun beranjak ke sisi Taman Kota diujung sebelah selatan untuk menikmati sarapan berupa soto yang dijajakan disepanjang jalan yang berdampingan dengan Hutan Kota Selong. Karena letak Taman dan Hutan Kota Selong masih berada dalam satu kawasan. 


                                           Usai sarapan narsis lagi sebelum pulang :D
 

Senin, 02 Februari 2015

17-an diujung Hutan Sekaroh @Pantai Pink

Naik-naik ke puncak gunung,, berenang-renang di lautan.. :D
Bulan Agustus so spesial.. 


Yapp.. di bulan Agustus tahun lalu, terasa sangat spesial bagiku. Karena selain telah mampu menjejak kaki di puncak Rinjani. Maka tepat tanggal 17 agustus satu minggu setelah menyelesaikan petualang di gunung, liburan selanjutnya berlanjut di Pantai Pink bersama rekan-rekan staf kampus STMIK Syaikh Zainuddin Nahdatul Wathan Anjani tempatku bekerja. Jarang-jarang bisa main bareng-bareng, ehee.. jadi meskipun masih dalam tahap pemulihan tenaga dan perawatan kulit yang masih menghitam, kesempatan itu tak ku lewatkan begitu saja. langsung capcuss euy

Potong ayam dulu di kampus ;)

Setelah semua persiapan amunisi makanan beres, sekitar pukul 10.00 rombongan kami berangkat menuju “Pantai Pink” dari kampus STMIK Syaikh Zainuddin Nahdatul Wathan Anjani, dua mobil full. Pantai Pink terletak di kecamatan Jerowaru, jauh dibalik hutan Sekaroh dibelahan Lombok Timur bagian selatan, daerah paling kering di pulau kecil ini, namun memiliki pantai-pantai yang sangat bagus dan benar-benar masih alami.

Mulai memasuki kawasan hutan Sekaroh, kondisi jalannya benar-benar parah. Penuh lubang dan agak berbatu, karena jalannya belum diaspal. Sekitar 30an menit harus bersabar dengan kondisi jalan yang seperti itu Berkali-kali aku meringis saat kepalaku harus beradu dengan bagian dalam mobil. Tiap kali ada yang “kejedot” pasti langsung disambut dengan tawa riuh oleh para penghuni mobil yang ku tumpangi, yang notabene lagi-lagi cowok. Hanya aku dan kak Mut makhluk cewek di mobil itu. ehee,,

Tetapi disepanjang perjalanan jalan, pemandangannya tampak memukau. Serasa tidak berada di Lombok :D,, karena hampir semua pepohonan maupun semak-semak yang ada dipinggir jalan daunnya rontok, seakan sedang musim gugur.

                                   Serasa ditengah musim gugur @Hutan Sekaroh

Perut keroncongan mulai mendera rombongan mobil yang ku tumpangi, tapi semua harus kecewa karena ternyata tak ada satupun makanan yang ditaruh di mobil kami. semua baru tersadar kalau semua makanan ada di mobil satunya, sementara tu mobil belum juga terlihat. Jangankan warung, rumah penduduk saja belum terlihat, yang ada hanya pepohonan jati tanpa daun saja yang terlihat. bahkan sinyal ponselpun nihil. Huhu.. hampir 45 menit kami harus bersabar menunggu dipinggir jalan, ahaa ternyata rombongan yang satu lagi malah nyasar ke jalur menuju Pantai Surga. Salah satu nama pantai keren lainnya di wilayah Jerowaru. Begitu mobil rombongan yang kami tunggu-tunggu tiba, beberapa bungkusan cemilan kami ambil alih dan segera tandas dalam waktu singkat selama melanjutkan perjalanan. Haha..

Penunjuk arah diujung belokan menuju Pantai

Setelah menempuh perjalanan sekitar 2 jam setengah, dengan konsidisi jalan penuh sensasi yang terasa mengaduk perut, akhirnya hamparan lautan lepas yang membiru terhampar didepan mata.

Lukisan Sang Pencipta

Kalau satu minggu sebelumnya aku tersihir oleh Pesona alam Rinjani, maka kali ini aku kembali tersihir oleh birunya lautan lepas yang nampak tenang dan memukau dengan airnya yang super jernih. Setelah parkir dan semua amunisi makanan diturunkan, serangan jeprat-jepretpun kami lancarkan. Tak ku perdulikan lagi teriknya sengatan matahari siang yang semakin menghitamkan kulitku. Hehe,,

Pose duluu cuyyyyy
          

Keindahan Pantai Pink, tidak hanya berupa keunikan warna pasirnya saja. Tetapi pantai pink memiliki air yang sangat jernih kebiruan dan tampak tenang dengan ombak yang cukup kecil. Pesona pantai ini juga bisa kita nikmati dari ketinggian bukit-bukit disisi kanan serta kiri pantai, dan bisa dinaiki dengan mudah. Kealamian pantainya masih benar-benar terjaga, dan belum tercemar, karena belum terekspos secara luas.

                                                              Amazing


Setelah jeprat-jempret beberapa poto, kesibukanpun dimulai disela canda tawa mempersiapkan menu makan siang berupa ayam dan ikan bakar..

            
          Tim ayam :D                                     Tim ikan tawar

Ayam bakar,, ayam bakar
                             

Para peracik bumbu J                
Tak lama berselang, makan siang nan nikmat siap diserbu. Liburan tanpa rencana matang yang telah lama diangankan terlaksana juga dihari bersejarah negeri ini.. usai makan siang belum ada satu pun yang beranjak nyemplung ke laut, meski air jernih sangat menggoda, dan kaki sudah terasa gatal ingin segera berlari serta bercengkrama dengan air laut. Tetapi kami semua memutuskan untuk shalat dzuhur dulu. Maka begitu usai shalat, seakan tak pernah melihat air laut sebelumnya, kami berlomba lari “nyemplung” di laut yang sangat jernih dan tenang. 


Segerrrrr …..      

Selalu ada korban “digeret paksa” :D

Pantai Pink benar-benar sangat tenang, sampai-sampai serasa mandi di kolam karena deburan ombaknya sangat kecil. Bahkan nyaris tidak ada malahan, sehingga anak-anak kecilpun bisa bermain-main dengan aman.

Jernihhhhh cuy... 

Di pantai ini, pengunjung juga bisa dimanjakan dengan pemandangan alam laut yang menakjubkan jika melakukan snorkeling, karena terumbu-terumbu karangnya yang sangat indah. Walaupun sebagian titik terumbu terumbu karang yang terlihat hanya berupa sisa-sisa terumbu karang yang sudah hancur oleh jangkar - jangkar perahu para Nelayan.

Gangguin pasangan bule yang sedang snorkeling :D

Sebenarnya kalau dilihat dari dekat, pasir pantai Pink sama saja dengan pasir pantai diwilayah Lombok timur bagian selatan yakni agak putih kecoklatan. Tetapi karena bercampur dengan serpihan-serpihan terumbu karang yang berwarna pink. Dan warna pinknya sangat jelas terlihat seolah berkilau jika terkena air laut dan paparan sinar matahari. Bagiku, pantai dan air selalu saja punya keajaiban tuk menyatukan dan merekatkan sebuatan ikatan yang menghadirkan canda tawa kebahagiaan. 

Best moment
 

Layaknya anak-anak “perang pasir”

Lelah tertawa dan bermain air, kami istirahat sejenak ditepi pantai sembari menggosok-gosokkan pasir di wajah masing-masing. Namun tingkah seorang temanku yang biasa kami panggil "Inyong" lagi-lagi membuat tawa kami berderai, bahkan sampai ada yang berguling di pasir. Sedangkan si biang tawa sama sekali tidak berubah ekspresi (so serius) mengulas senyum aja nggak, seperti patung beneran. Haha

Gaya si “inyong” biang tawa

“Inyong” maskot 17-an :D  

                                        Selalu ada tawa diantara kebersamaan

Tidak cukup membuat lelucon dengan balutan pasir di tubuhnya, si inyong kembali beraksi menunjukkan kemapuan aktingnya sebagai mahasiswa jurusan sastra Indonesia.

         
Penjual es dadakan                               Entah jadi apa lagi :D          

Senja mulai turun, meski hari masih terlihat terang. Ah,, acara liburan dihari bersejarah bangsa ini telah usai. Setelah berganti dengan pakaian kering, rombongan kami pun beranjak pulang, membawa kenangan manis dan rasa persaudaraan yang semakin terjalin erat.


We are,, Big Family STMIK Syaikh Zainuddin NW Anjani LOTIM ;)


















 







                                






Selasa, 27 Januari 2015

SURGANYA RINJANI (DANAU SEGARA ANAK)

Tidak lengkap rasanya kalau ke Rinjani tapi tidak turun ke Danau. Pokoknya Sayang banget deh jika bonus bercengkrama dengan pesona Danau Segara Anak dari jarak yang tak berbatas terlewatkan. Karena jarang-jarang kan bisa kembali berkunjung ke tempat nan eksotis ini. Heee,,,

Pukul 09.10, sebelum benar-benar beranjak dari pelawangan, kami masih sempat pamitan pada mas Ardan dan kedua temannya. Berjanji kalau akan menunggu mereka di Danau. Senyuman hangat serta pesan hati-hati dari mereka seakan menjadi cambuk semangat bagiku. 

     Belasan Km dibawah sana, dibalik awan putih. Danau Segara Anak

Kali ini medan terjal full turunan sejauh 15 KM akan kami tempuh tuk tiba di Danau. Medannya asli ! ngeri cuy. Jadi benar-benar harus tetap konsentrasi dan tak boleh lengah. Kabut mulai turun dibelakang kami, sehingga bukit-bukit terjal yang telah kami lewati kini sempurna tertutup. Pagi itu, lagi-lagi kami bertemu dengan rombongan bule yang juga sedang bergerak menuju Danau. “Ah Rinjani memang memikat” bisikku dalam hati seraya mengulas senyuman.

Disepertiga perjalanan, langkah kami semua tertahan. Karena dari arah Danau, tepatnya disisi sebelah barat, sangat jelas terlihat kepulan asap yang membumbung. KEBAKARAN ! yah, ilalang yang ada disepanjang perbukitan sebelah barat sempurna habis terlalap api.
Aku gamang, sekaligus takut. Bahkan sempat membayangkan hal yang “mengerikan” karena boleh dibilang saat itu kami berada didalam lingkaran ilalang kering. Tetapi kak Aziz selalu meyakinkan kami bertiga kalau kebakaran itu bukan diarea sekitar Danau, dia juga meminta kami untuk tetap melangkah. Sedangkan rombongan para bule disamping kami ramai berceloteh sembari menunjuk kearah asap yang mengepul. “Big fire, big fire, big fire.” Bahkan mereka semua memutuskan tuk kembali ke Pelawangan, padahal para porter yang membawakan bekal mereka telah jauh didepan.

Kami berempat kembali berjalan meninggalkan rombongan para bule yang masih saja heboh. Kali ini tak ada canda tawa seperti perjalanan sebelumnya, keheningan seolah mengukung. Hanya suara desir nyanyian ilalang, dan burung-burung yang terdengar. Tapi aku yang memang dasarnya nggak betah berlama-lama dalam kebisuan mulai berceloteh lagi, kadang nyanyi sepotong-sepotong, terkadang berteriak, juga kadang menyerukan lafaz Allahu Akbar seperti orang takbiran. Hehe.. namun justru karena seruan itulah semangat ku selalu saja terasa kembali full. Hingga akhirnya tawa riang dan senyuman, kembali terukir di wajah ketiga teman ku. 

Semakin mendekati Danau pemandangan alamnya sangat sangat eksotis, bahkan aku masih saja merasa tak percaya kalau saat itu aku berada di alam Rinjani. Tapi ini beneran ada di pulau kelahiran ku maaakk (hehe lebay dikit). Diam-diam aku terus mencubit pipiku sendiri memastikan lagi kalau aku memang sedang tidak bermimpi.

Ada "Salam" dari Segara Anak


Danau dan kabut tipis diujung jalan

Setelah berjalan hampir setengah hari full, akhirnyaaaaaaaaaa tadaaaa….. kami tiba juga di Danau Segara Anak. Dan suasananya jauh lebih ramai dari Pelawangan yang sudah sesak itu. Disepanjang pinggir Danau sudah full oleh tenda warna-warni dengan logat bahasa yang berwarna-warni pula seperti kulit mereka, hee..

Jika di Pelawangan full oleh para pendaki yang menikmati pesona Danau dari pinggir tebing. Maka disini, di Danau Segara Anak full oleh para pengunjung yang tidak hanya bercengkrama di pinggir Danau, tetapi ada yang khusyuk memancing, ada yang sibuk membersihkan ikan hasil tangkapan mereka. Bahkan ada yang berendam di Danau. Tak perduli dinginnya air belerang  itu.

   Pemukiman kecil di pinggir Danau Segara Anak

Sempurna


Berendam di air belerang

Rasa letih yang mendera, benar-benar membawaku terlelap hingga menjelang ashar. Setelah terbangun, kak Sahid dan adik Yusron mengajakku ke pemandian air panas yang berada tidak jauh dari area Danau. Sementara kak Aziz, sedang asyik ngobrol di depan tenda temannya (kebetulan ketemu) yang ada disamping tendaku. Karena sungai air panasnya berada dibagian sisi utara Danau, maka kami harus berjalan lagi sekitar 500 m. alamakk untuk mencapainya pun masih harus menuruni tebing curam dan berbatu. Benar-benar butuh perjuangan dan semangat ekstra. 

Dan ternyata, kepulan asap yang kami lihat dari kejauhan pagi itu berasal dari ilalang yang terbakar disepanjang perbukitan yang berada diatas sungai yang kami tuju. Bahkan saat kami melintas saat itu api yang menyisakan perbukitan yang menghitam karna gosong, belum sepenuhnya padam.

Tiba di sumber air panas, lagi-lagi aku berdecak kagum. Karena disekitar sungai juga sudah full oleh tenda para orang tua usia lanjut. Memang sudah merupakan hal yang lumrah, jika penghuni Danau Segara Anak lebih didominasi oleh orang-orang yang sudah berumur hampir diatas 40an tahun. Baik pria maupun wanita, karena tujuan mereka datang kesini untuk berobat dengan berendam di Danau maupun di sungai air panas yang mengandung belerang. Bahkan rutin mereka lakukan tiap tahun. 

Hot Spring... Laksana goresan kanvas

Saat pertama kali kulitku menyentuh air sungai tersebut, aku sempat menjerit tertahan saking kaget oleh panasnya. Beberapa orang tua yang sedang berendam disana pun tersenyum melihat reaksiku. Aku hanya nyengir kearah kedua temanku yang juga ikutan tersenyum. Asli ! airnya benar-benar panas, tak ubahnya air yang sedang mendidih. Puas berendam di air panas, kami bertiga kembali lagi ke tenda. Tapi setelah berendam, perlahan-lahan rasa pegal itu menguap. Tapi tidak sepenuhnya pada kakiku, rasanya semakin berat saja saat melangkah.

Sore itu kak Aziz dan kak Sahid sedang mencoba peruntungan mereka memancing ikan di Danau, umpannya pun ngasal, cuma pake snack tik-tak yang sudah direndam. Sampe 3 jam bersaing dengan pemancing lain, 1 ekor pun nggak ada yang berminat ama umpan mereka. Hahaha,,, Tapi mereka berdua benar-benar tidak menyerah, hingga akhirnya ada 3 ekor mujair mungil-mungil yang tersangkut di kail mereka. Itupun setelah hampir 4 jam. Padahal pemancing lain selalu dapat dengan mudah. Hahaha kesian. 

                                            Piluuu cuma 3 ekor hahaha 

Saat senja mulai turun diatas Danau, pemandangan luar biasa kembali terhampar. Tapi sayanggggggg banget, karena tak bisa mengabadikan moment-moment tersebut dalam jepretan kamera. Karena kami hanya mengandalkan kamera HP. Jadinya hanya tersimpan dalam file memori masing-masing. Hmm.. Dan saat itulah mas Ardan dan kedua temannya tiba. Tetapi kali ini tenda kami berjauhan karena area lapang disekitar tenda kami sudah full.

                              Sampe rela buat tenda dipinggiran Danau  :D

Hawa malam di Danau jauh lebih dingin daripada diatas (Pelawangan), Sehingga semua atribut yang sejak turun dari puncak hanya mendekam di daypackku kembali terpasang. Suara riuh para “pemukim” dipinggir Danau semakin membahana ketika letupan kembang api berpijar indah dibawah langit berbintang Danau Segara Anak. Romantisme pun menambah semarak suasana malam saat puluhan lilin dilepas dan mengapung ketengah-tengah Danau. (ah jadi menghayal kalau misalkan ada yang melamar disini,, ahahaha).  


Dan saat itu juga, adik Yusron kembali membuatku terharu dengan ucapannya. “Kak Umah, akhirnya kau telah buktikan bahwa kau memang bukan hanya seonggok daging yang punya nama, seperti kata-kata si Zafran di film 5cm (semuanya berawal dari sini, impian, persahabatan, juga cinta dan keajaiban tekad, telah menjadikan kita bukan seonggok daging yang hanya punya nama).

Beeuuhhh…. Hawa memang luarbiasa dingin, terasa tembus hingga ke tulang. Sampai-sampai badanku menggigil hebat, namun meskipun begitu berkali-kali aku mengucap syukur pada Sang Pemilik Jiwa, karena rasa ngilu pada bekas operasi usus buntu yang pernah ku lakoni 6 th silam sama sekali tak terasa.  Mungkin, karena jilbab “andalan” plus syal yang selalu ku ikat erat dipinggangku sejak pertama kali berangkat. Hehe.. Padahal sebelum kami berangkat berpetualang di alam Rinjani, aku harus meringis menahan perih tiap kali hawa dingin menerpa tubuhku.

Ditengah dinginnya udara menjelang pagi, suara azan subuh yang dikumandangkan oleh salah seorang bapak tua seolah merobek keheningan seantero Danau. Suara syahdunya yang melantunkan azan menggema kesegala penjuru, membangunkan jiwa-jiwa yang sedang terbuai mimpi. Dan seakan tak perduli dinginnya air Danau, tangan-tangan terulur tuk berwudhu. Karena disini, hanya doa tulus dan atas Kuasa-Nya lah yang membuat kita selamat.

Dan tak lama berselang, pancaran matahari pagi mulai menyinari Danau. Menghalau kabut tipis yang masih membungkus pesonanya. 

Segara Anak, Surganya Rinjani.... 


                                            Always menu sarapan nan nikmat ;)

Hari ke-2 di Danau kami habiskan dengan bermain-main dipinggir Danau, sekalian merecoki kedua kakak yang belum juga berhasil dapat ikan. Padahal umpannya sudah memikat (campuran telur dan tepung kukus) hasil pemberian teman kak Aziz yang berangkat pulang hari itu. karena mereka telah 5 hari di Danau. Nggak cuma dikasih makanan buat umpan, tapi dikasih pop mie plus nasi kaleng. iyyyyeee :D..

Teman-teman ku memang nggak mujur kali, buktinya nggak dapat lagi haha. tapi mereka berdua benar-benar nggak mau nyerah, meski diledek terus sama adik Yusron. Bahkan mereka berdua sampe pergi menyingkir jauh-jauh ke tempat yang lebih sepi, taaapi sama saja pas balik cuma bawa kail am umpan doank. Haha..

                  Maunya sih dapat kayak gini, tapi cuma zonk :D

Hupp… kalau di Danau memang bisa dapat asupan gizi tambahan hehe.. soalnya ikan-ikan disini seakan tak pernah habis meskipun telah bertahun-tahun ditangkap oleh puluhan atau bahkan ribuan manusia yang kesana. Ikan mujair, dan ikan karper ini, memang sengaja dilepas di Danau Segara Anak puluhan tahun silam oleh almarhumah Ibu Tien Soeharto, Istri mantan presiden di zaman orde baru.

Semilir angin yang membuai, membuatku terkantuk-kantuk. Sehingga ku putuskan tuk tidur saja, saat itulah mas Ardan pamit pulang pada adik Yusron. Karena memang hanya dia yang masih terjaga, sementara kedua temanku yang lain masih pergi memancing. Ah,, jadi nggak bisa ketemu “teman-teman baru” itu lagi, mas Ardan dkk. Mereka akan segera kembali ke Jakarta, tapi sebelum itu dia sempat meminta no HP adik Yusron, juga alamat FB kami berempat. Hmm.. Entah kapan kan ketemu lagi.

Menjelang senja, kedua kakak itu mengajakku tuk berendam sekali lagi di sumber air panas. Dengan langkah tertatih, aku terus saja mengekor dibelakang mereka. Giliran adik Yusron yang jaga tenda, soalnya dia baru saja kembali berendam. Tiap kali melangkah aku harus meringis karena perih yang terasa menyiksa kedua betisku.

Malam telah sempurna memeluk bumi ketika kami kembali ke tenda. Alhamdulillah, sakit di betisku mulai berkurang. Apalagi pusing yang sempat mendera. Setelah berendam selama hampir 3 jam lebih..

Makan malam terasa nikmat karena asupan gizi. Akhirnya, usaha keras kak Aziz membuahkan hasil. Seharian menunggu, ada juga tuh seekor ikan yang kasian am kailnya. Haha,,, tapi meskipun kecil ukurannya benar-benar super hampir jumbo :D. dan kak Sahid juga dapat 3 ekor lagi tapi mungil-mungil. 

                                           Tambahan gizi tuk makan malam


Pagi, dihari ke-5 telah menjelang. Saatnya turun gunung, kembali melanjutkan perjalanan pulang. Membawa cerita dan kenangan nan indah dalam memori yang semakin merekatkan rasa persahabatan kami berempat. Turun gunung seharusnya sih tinggal turun doank, hoho tapi tidak jika bermain dulu ke Danau Segara Anak. Kita harus naik lagi 15 km full ke Pelawangan (baik Pelawangan Sembalun ataupun Senaru), baru setelah itu turun. Tapi jalur ke Pelawangan Senaru sangatlah ekstrim. Jadi kami kembali melewati jalur yang sama seperti ketika datang.


 
                                                   Selamat tinggal Danau, 
      

Di Pelawangan kami sempat beristirahat sebentar, karena harus menambah persediaan air minum yang hampir menipis. Sepatu yang ku pakai sejak dari Danau kembali ku lepas, lagi-lagi jadi pendaki tak beralas. Haha.. tapi tongkat kecil yang selalu setia menemaniku malah diambil orang saat di Danau, untung saja langsung ada gantinya. Dan di sumber mata air tertinggi pulau Lombok itu pula, adik Yusron dan kak Sahid menemukan sebuah HP diantara sela jalanan berpasir. Kak Aziz langsung tanggap, Alhamdulillah barang itu berhasil dia kembalikan setelah kami tiba di rumah, lewat saudara si empunya hp yang notabene cowok Jakarta.

Selama perjalanan pulang, terasa sangat menyenangkan. Karena disepanjang perjalanan kami berempat terus saling jahili (eits lebih tepatnya aku dan adik Yusron mengerjai kak Aziz, sih). Mulutku yang terus menggigit ilalang semenjak naik dari Danau tak pernah diam berceloteh riang. Hyups satu rahasia baru dari kak Aziz, *gigiti sebatang ilalang (kalau sudah pendek, ganti lagi :D) selama perjalanan, bisa mengurangi ngos-ngosan. Dan memang benar adanya apa yang dia katakan.

      Asyeek,, diujung pos 1 with Aziz brother                      
  
                                                                                  Antara Pos 1 dan sebatang Ilalang 
Terkadang aku jatuh terduduk saat mengejar langkah kaki kedua kakak itu, adik Yusron yang dibelakang selalu saja tertawa melihat aksiku. Penampilanku pun tak luput dari komentarnya sembari tertawa-tawa, seakan wajahku udah kayak badut super lucu dimatanya. “Suer kak Umah, selama hampir 2th lihat side, entah wajah asli baru bangun tidur atau belum mencuci wajah, baru kali ini ku lihat wajah itu benar-benar sangat jelek.” Bagaimana nggak, wajah cemong sana-sini, dan kaki luarbiasa dekil. Tapi justru semangatku makin tersulut (aneh kan? :D).



               Horrraiiii Rinjani  :D  
                                                                                            
Pendaki paling ribet, julukan kak Aziz   

Sampai di bukit sapi yang membuatku teler dihari pertama ketiga temanku ribut menggoda, menguak ingatan itu kembali. Tawa kami membahana dibawah langit senja bukit sapi. Langkah kakiku semakin terasa ringan, senyuman dan tawa tak pernah lepas dari wajahku. Seumur hidup aku tak pernah merasa sangat begitu sehat dan semangat seperti saat itu.

Sekitar 8 jam telah kami lalui dengan terus berjalan, meski sesekali istirahat untuk shalat dan makan di pos 2. Rumah-rumah penduduk di desa Bawaq Nao semakin jelas terlihat. Dan, “Allahu Akbar !” aku luruh dalam lafaz nan agung itu, saat akhirnya pukul 17.00 kami benar-benar telah tiba diujung jalan Bawaq Nao. Air mata bahagia seakan mulai berlomba keluar dari sudut-sudut mataku.

Ungkapan syukur tak henti-hentinya melucur dari bibirku. Karena kami kembali dalam kondisi sehat dan selamat, kamipun pulang bersama rombongan anggota Basarnas Lombok Timur, yang notabene teman-teman kak Aziz hehe.  Mereka hendak menjemput tamu asing yang juga telah menyelesaikan petualangan bercengkrama dengan alam Rinjani. 

                                                                            
                                            Pose lowbatt bareng adik Yusron,   


Perjalanan Rinjani, telah mengajarkanku hal-hal berharga. Tentang arti persahabatan, kejujuran, tak mudah menyerah, dan sebuah keberanian. “Karena keberanian adalah, saat kita bersabar sejenak untuk menggapai mimpi-mimpi yang belum terselesaikan. Dan ketika kita berada disana (3.726 Mdpl) kita akan punya mimpi-mimpi baru yang akan kita bawa pulang.”

Kun Fa-Yakun Tuhan memang pasti, sungguh tak ada yang tak mungkin terjadi di dunia ini jika Dia berkehendak. Yah,, dan seperti ungkapan Riani (di film 5cm) "Selama ribuan langkah kaki kita melangkah, selama hati yang berani ini bertekad, hingga semuanya bisa terwujud sampai disini, jangan pernah sekalipun kita menyerah mengejar mimpi-mimpi kita, berjuang, berusaha, dan bercita-cita untuk kehidupan yang lebih baik bagi tanah tempat kita berpijak."

Terimakasih Robbi, telah memberikan kesempatan bagiku tuk menikmati indahnya pesona Maha Karya Agung-Mu dari jarak yang sangat dekat. Rinjani, semoga suatu saat nanti kita bisa bercengkrama lagi. Aminn. Karena ada rindu dan kegembiraan yang tertahan disana... Antara ilalang, rumpun edelwis dan tebing-tebing yang curam.

*Terimakasih juga buat mas Ardan tuk kiriman poto-potonya :D
Serta buat om Boim Hula-Hula, yang telah berbagi poto pas di Danau hehe…