Selasa, 27 Januari 2015

SURGANYA RINJANI (DANAU SEGARA ANAK)

Tidak lengkap rasanya kalau ke Rinjani tapi tidak turun ke Danau. Pokoknya Sayang banget deh jika bonus bercengkrama dengan pesona Danau Segara Anak dari jarak yang tak berbatas terlewatkan. Karena jarang-jarang kan bisa kembali berkunjung ke tempat nan eksotis ini. Heee,,,

Pukul 09.10, sebelum benar-benar beranjak dari pelawangan, kami masih sempat pamitan pada mas Ardan dan kedua temannya. Berjanji kalau akan menunggu mereka di Danau. Senyuman hangat serta pesan hati-hati dari mereka seakan menjadi cambuk semangat bagiku. 

     Belasan Km dibawah sana, dibalik awan putih. Danau Segara Anak

Kali ini medan terjal full turunan sejauh 15 KM akan kami tempuh tuk tiba di Danau. Medannya asli ! ngeri cuy. Jadi benar-benar harus tetap konsentrasi dan tak boleh lengah. Kabut mulai turun dibelakang kami, sehingga bukit-bukit terjal yang telah kami lewati kini sempurna tertutup. Pagi itu, lagi-lagi kami bertemu dengan rombongan bule yang juga sedang bergerak menuju Danau. “Ah Rinjani memang memikat” bisikku dalam hati seraya mengulas senyuman.

Disepertiga perjalanan, langkah kami semua tertahan. Karena dari arah Danau, tepatnya disisi sebelah barat, sangat jelas terlihat kepulan asap yang membumbung. KEBAKARAN ! yah, ilalang yang ada disepanjang perbukitan sebelah barat sempurna habis terlalap api.
Aku gamang, sekaligus takut. Bahkan sempat membayangkan hal yang “mengerikan” karena boleh dibilang saat itu kami berada didalam lingkaran ilalang kering. Tetapi kak Aziz selalu meyakinkan kami bertiga kalau kebakaran itu bukan diarea sekitar Danau, dia juga meminta kami untuk tetap melangkah. Sedangkan rombongan para bule disamping kami ramai berceloteh sembari menunjuk kearah asap yang mengepul. “Big fire, big fire, big fire.” Bahkan mereka semua memutuskan tuk kembali ke Pelawangan, padahal para porter yang membawakan bekal mereka telah jauh didepan.

Kami berempat kembali berjalan meninggalkan rombongan para bule yang masih saja heboh. Kali ini tak ada canda tawa seperti perjalanan sebelumnya, keheningan seolah mengukung. Hanya suara desir nyanyian ilalang, dan burung-burung yang terdengar. Tapi aku yang memang dasarnya nggak betah berlama-lama dalam kebisuan mulai berceloteh lagi, kadang nyanyi sepotong-sepotong, terkadang berteriak, juga kadang menyerukan lafaz Allahu Akbar seperti orang takbiran. Hehe.. namun justru karena seruan itulah semangat ku selalu saja terasa kembali full. Hingga akhirnya tawa riang dan senyuman, kembali terukir di wajah ketiga teman ku. 

Semakin mendekati Danau pemandangan alamnya sangat sangat eksotis, bahkan aku masih saja merasa tak percaya kalau saat itu aku berada di alam Rinjani. Tapi ini beneran ada di pulau kelahiran ku maaakk (hehe lebay dikit). Diam-diam aku terus mencubit pipiku sendiri memastikan lagi kalau aku memang sedang tidak bermimpi.

Ada "Salam" dari Segara Anak


Danau dan kabut tipis diujung jalan

Setelah berjalan hampir setengah hari full, akhirnyaaaaaaaaaa tadaaaa….. kami tiba juga di Danau Segara Anak. Dan suasananya jauh lebih ramai dari Pelawangan yang sudah sesak itu. Disepanjang pinggir Danau sudah full oleh tenda warna-warni dengan logat bahasa yang berwarna-warni pula seperti kulit mereka, hee..

Jika di Pelawangan full oleh para pendaki yang menikmati pesona Danau dari pinggir tebing. Maka disini, di Danau Segara Anak full oleh para pengunjung yang tidak hanya bercengkrama di pinggir Danau, tetapi ada yang khusyuk memancing, ada yang sibuk membersihkan ikan hasil tangkapan mereka. Bahkan ada yang berendam di Danau. Tak perduli dinginnya air belerang  itu.

   Pemukiman kecil di pinggir Danau Segara Anak

Sempurna


Berendam di air belerang

Rasa letih yang mendera, benar-benar membawaku terlelap hingga menjelang ashar. Setelah terbangun, kak Sahid dan adik Yusron mengajakku ke pemandian air panas yang berada tidak jauh dari area Danau. Sementara kak Aziz, sedang asyik ngobrol di depan tenda temannya (kebetulan ketemu) yang ada disamping tendaku. Karena sungai air panasnya berada dibagian sisi utara Danau, maka kami harus berjalan lagi sekitar 500 m. alamakk untuk mencapainya pun masih harus menuruni tebing curam dan berbatu. Benar-benar butuh perjuangan dan semangat ekstra. 

Dan ternyata, kepulan asap yang kami lihat dari kejauhan pagi itu berasal dari ilalang yang terbakar disepanjang perbukitan yang berada diatas sungai yang kami tuju. Bahkan saat kami melintas saat itu api yang menyisakan perbukitan yang menghitam karna gosong, belum sepenuhnya padam.

Tiba di sumber air panas, lagi-lagi aku berdecak kagum. Karena disekitar sungai juga sudah full oleh tenda para orang tua usia lanjut. Memang sudah merupakan hal yang lumrah, jika penghuni Danau Segara Anak lebih didominasi oleh orang-orang yang sudah berumur hampir diatas 40an tahun. Baik pria maupun wanita, karena tujuan mereka datang kesini untuk berobat dengan berendam di Danau maupun di sungai air panas yang mengandung belerang. Bahkan rutin mereka lakukan tiap tahun. 

Hot Spring... Laksana goresan kanvas

Saat pertama kali kulitku menyentuh air sungai tersebut, aku sempat menjerit tertahan saking kaget oleh panasnya. Beberapa orang tua yang sedang berendam disana pun tersenyum melihat reaksiku. Aku hanya nyengir kearah kedua temanku yang juga ikutan tersenyum. Asli ! airnya benar-benar panas, tak ubahnya air yang sedang mendidih. Puas berendam di air panas, kami bertiga kembali lagi ke tenda. Tapi setelah berendam, perlahan-lahan rasa pegal itu menguap. Tapi tidak sepenuhnya pada kakiku, rasanya semakin berat saja saat melangkah.

Sore itu kak Aziz dan kak Sahid sedang mencoba peruntungan mereka memancing ikan di Danau, umpannya pun ngasal, cuma pake snack tik-tak yang sudah direndam. Sampe 3 jam bersaing dengan pemancing lain, 1 ekor pun nggak ada yang berminat ama umpan mereka. Hahaha,,, Tapi mereka berdua benar-benar tidak menyerah, hingga akhirnya ada 3 ekor mujair mungil-mungil yang tersangkut di kail mereka. Itupun setelah hampir 4 jam. Padahal pemancing lain selalu dapat dengan mudah. Hahaha kesian. 

                                            Piluuu cuma 3 ekor hahaha 

Saat senja mulai turun diatas Danau, pemandangan luar biasa kembali terhampar. Tapi sayanggggggg banget, karena tak bisa mengabadikan moment-moment tersebut dalam jepretan kamera. Karena kami hanya mengandalkan kamera HP. Jadinya hanya tersimpan dalam file memori masing-masing. Hmm.. Dan saat itulah mas Ardan dan kedua temannya tiba. Tetapi kali ini tenda kami berjauhan karena area lapang disekitar tenda kami sudah full.

                              Sampe rela buat tenda dipinggiran Danau  :D

Hawa malam di Danau jauh lebih dingin daripada diatas (Pelawangan), Sehingga semua atribut yang sejak turun dari puncak hanya mendekam di daypackku kembali terpasang. Suara riuh para “pemukim” dipinggir Danau semakin membahana ketika letupan kembang api berpijar indah dibawah langit berbintang Danau Segara Anak. Romantisme pun menambah semarak suasana malam saat puluhan lilin dilepas dan mengapung ketengah-tengah Danau. (ah jadi menghayal kalau misalkan ada yang melamar disini,, ahahaha).  


Dan saat itu juga, adik Yusron kembali membuatku terharu dengan ucapannya. “Kak Umah, akhirnya kau telah buktikan bahwa kau memang bukan hanya seonggok daging yang punya nama, seperti kata-kata si Zafran di film 5cm (semuanya berawal dari sini, impian, persahabatan, juga cinta dan keajaiban tekad, telah menjadikan kita bukan seonggok daging yang hanya punya nama).

Beeuuhhh…. Hawa memang luarbiasa dingin, terasa tembus hingga ke tulang. Sampai-sampai badanku menggigil hebat, namun meskipun begitu berkali-kali aku mengucap syukur pada Sang Pemilik Jiwa, karena rasa ngilu pada bekas operasi usus buntu yang pernah ku lakoni 6 th silam sama sekali tak terasa.  Mungkin, karena jilbab “andalan” plus syal yang selalu ku ikat erat dipinggangku sejak pertama kali berangkat. Hehe.. Padahal sebelum kami berangkat berpetualang di alam Rinjani, aku harus meringis menahan perih tiap kali hawa dingin menerpa tubuhku.

Ditengah dinginnya udara menjelang pagi, suara azan subuh yang dikumandangkan oleh salah seorang bapak tua seolah merobek keheningan seantero Danau. Suara syahdunya yang melantunkan azan menggema kesegala penjuru, membangunkan jiwa-jiwa yang sedang terbuai mimpi. Dan seakan tak perduli dinginnya air Danau, tangan-tangan terulur tuk berwudhu. Karena disini, hanya doa tulus dan atas Kuasa-Nya lah yang membuat kita selamat.

Dan tak lama berselang, pancaran matahari pagi mulai menyinari Danau. Menghalau kabut tipis yang masih membungkus pesonanya. 

Segara Anak, Surganya Rinjani.... 


                                            Always menu sarapan nan nikmat ;)

Hari ke-2 di Danau kami habiskan dengan bermain-main dipinggir Danau, sekalian merecoki kedua kakak yang belum juga berhasil dapat ikan. Padahal umpannya sudah memikat (campuran telur dan tepung kukus) hasil pemberian teman kak Aziz yang berangkat pulang hari itu. karena mereka telah 5 hari di Danau. Nggak cuma dikasih makanan buat umpan, tapi dikasih pop mie plus nasi kaleng. iyyyyeee :D..

Teman-teman ku memang nggak mujur kali, buktinya nggak dapat lagi haha. tapi mereka berdua benar-benar nggak mau nyerah, meski diledek terus sama adik Yusron. Bahkan mereka berdua sampe pergi menyingkir jauh-jauh ke tempat yang lebih sepi, taaapi sama saja pas balik cuma bawa kail am umpan doank. Haha..

                  Maunya sih dapat kayak gini, tapi cuma zonk :D

Hupp… kalau di Danau memang bisa dapat asupan gizi tambahan hehe.. soalnya ikan-ikan disini seakan tak pernah habis meskipun telah bertahun-tahun ditangkap oleh puluhan atau bahkan ribuan manusia yang kesana. Ikan mujair, dan ikan karper ini, memang sengaja dilepas di Danau Segara Anak puluhan tahun silam oleh almarhumah Ibu Tien Soeharto, Istri mantan presiden di zaman orde baru.

Semilir angin yang membuai, membuatku terkantuk-kantuk. Sehingga ku putuskan tuk tidur saja, saat itulah mas Ardan pamit pulang pada adik Yusron. Karena memang hanya dia yang masih terjaga, sementara kedua temanku yang lain masih pergi memancing. Ah,, jadi nggak bisa ketemu “teman-teman baru” itu lagi, mas Ardan dkk. Mereka akan segera kembali ke Jakarta, tapi sebelum itu dia sempat meminta no HP adik Yusron, juga alamat FB kami berempat. Hmm.. Entah kapan kan ketemu lagi.

Menjelang senja, kedua kakak itu mengajakku tuk berendam sekali lagi di sumber air panas. Dengan langkah tertatih, aku terus saja mengekor dibelakang mereka. Giliran adik Yusron yang jaga tenda, soalnya dia baru saja kembali berendam. Tiap kali melangkah aku harus meringis karena perih yang terasa menyiksa kedua betisku.

Malam telah sempurna memeluk bumi ketika kami kembali ke tenda. Alhamdulillah, sakit di betisku mulai berkurang. Apalagi pusing yang sempat mendera. Setelah berendam selama hampir 3 jam lebih..

Makan malam terasa nikmat karena asupan gizi. Akhirnya, usaha keras kak Aziz membuahkan hasil. Seharian menunggu, ada juga tuh seekor ikan yang kasian am kailnya. Haha,,, tapi meskipun kecil ukurannya benar-benar super hampir jumbo :D. dan kak Sahid juga dapat 3 ekor lagi tapi mungil-mungil. 

                                           Tambahan gizi tuk makan malam


Pagi, dihari ke-5 telah menjelang. Saatnya turun gunung, kembali melanjutkan perjalanan pulang. Membawa cerita dan kenangan nan indah dalam memori yang semakin merekatkan rasa persahabatan kami berempat. Turun gunung seharusnya sih tinggal turun doank, hoho tapi tidak jika bermain dulu ke Danau Segara Anak. Kita harus naik lagi 15 km full ke Pelawangan (baik Pelawangan Sembalun ataupun Senaru), baru setelah itu turun. Tapi jalur ke Pelawangan Senaru sangatlah ekstrim. Jadi kami kembali melewati jalur yang sama seperti ketika datang.


 
                                                   Selamat tinggal Danau, 
      

Di Pelawangan kami sempat beristirahat sebentar, karena harus menambah persediaan air minum yang hampir menipis. Sepatu yang ku pakai sejak dari Danau kembali ku lepas, lagi-lagi jadi pendaki tak beralas. Haha.. tapi tongkat kecil yang selalu setia menemaniku malah diambil orang saat di Danau, untung saja langsung ada gantinya. Dan di sumber mata air tertinggi pulau Lombok itu pula, adik Yusron dan kak Sahid menemukan sebuah HP diantara sela jalanan berpasir. Kak Aziz langsung tanggap, Alhamdulillah barang itu berhasil dia kembalikan setelah kami tiba di rumah, lewat saudara si empunya hp yang notabene cowok Jakarta.

Selama perjalanan pulang, terasa sangat menyenangkan. Karena disepanjang perjalanan kami berempat terus saling jahili (eits lebih tepatnya aku dan adik Yusron mengerjai kak Aziz, sih). Mulutku yang terus menggigit ilalang semenjak naik dari Danau tak pernah diam berceloteh riang. Hyups satu rahasia baru dari kak Aziz, *gigiti sebatang ilalang (kalau sudah pendek, ganti lagi :D) selama perjalanan, bisa mengurangi ngos-ngosan. Dan memang benar adanya apa yang dia katakan.

      Asyeek,, diujung pos 1 with Aziz brother                      
  
                                                                                  Antara Pos 1 dan sebatang Ilalang 
Terkadang aku jatuh terduduk saat mengejar langkah kaki kedua kakak itu, adik Yusron yang dibelakang selalu saja tertawa melihat aksiku. Penampilanku pun tak luput dari komentarnya sembari tertawa-tawa, seakan wajahku udah kayak badut super lucu dimatanya. “Suer kak Umah, selama hampir 2th lihat side, entah wajah asli baru bangun tidur atau belum mencuci wajah, baru kali ini ku lihat wajah itu benar-benar sangat jelek.” Bagaimana nggak, wajah cemong sana-sini, dan kaki luarbiasa dekil. Tapi justru semangatku makin tersulut (aneh kan? :D).



               Horrraiiii Rinjani  :D  
                                                                                            
Pendaki paling ribet, julukan kak Aziz   

Sampai di bukit sapi yang membuatku teler dihari pertama ketiga temanku ribut menggoda, menguak ingatan itu kembali. Tawa kami membahana dibawah langit senja bukit sapi. Langkah kakiku semakin terasa ringan, senyuman dan tawa tak pernah lepas dari wajahku. Seumur hidup aku tak pernah merasa sangat begitu sehat dan semangat seperti saat itu.

Sekitar 8 jam telah kami lalui dengan terus berjalan, meski sesekali istirahat untuk shalat dan makan di pos 2. Rumah-rumah penduduk di desa Bawaq Nao semakin jelas terlihat. Dan, “Allahu Akbar !” aku luruh dalam lafaz nan agung itu, saat akhirnya pukul 17.00 kami benar-benar telah tiba diujung jalan Bawaq Nao. Air mata bahagia seakan mulai berlomba keluar dari sudut-sudut mataku.

Ungkapan syukur tak henti-hentinya melucur dari bibirku. Karena kami kembali dalam kondisi sehat dan selamat, kamipun pulang bersama rombongan anggota Basarnas Lombok Timur, yang notabene teman-teman kak Aziz hehe.  Mereka hendak menjemput tamu asing yang juga telah menyelesaikan petualangan bercengkrama dengan alam Rinjani. 

                                                                            
                                            Pose lowbatt bareng adik Yusron,   


Perjalanan Rinjani, telah mengajarkanku hal-hal berharga. Tentang arti persahabatan, kejujuran, tak mudah menyerah, dan sebuah keberanian. “Karena keberanian adalah, saat kita bersabar sejenak untuk menggapai mimpi-mimpi yang belum terselesaikan. Dan ketika kita berada disana (3.726 Mdpl) kita akan punya mimpi-mimpi baru yang akan kita bawa pulang.”

Kun Fa-Yakun Tuhan memang pasti, sungguh tak ada yang tak mungkin terjadi di dunia ini jika Dia berkehendak. Yah,, dan seperti ungkapan Riani (di film 5cm) "Selama ribuan langkah kaki kita melangkah, selama hati yang berani ini bertekad, hingga semuanya bisa terwujud sampai disini, jangan pernah sekalipun kita menyerah mengejar mimpi-mimpi kita, berjuang, berusaha, dan bercita-cita untuk kehidupan yang lebih baik bagi tanah tempat kita berpijak."

Terimakasih Robbi, telah memberikan kesempatan bagiku tuk menikmati indahnya pesona Maha Karya Agung-Mu dari jarak yang sangat dekat. Rinjani, semoga suatu saat nanti kita bisa bercengkrama lagi. Aminn. Karena ada rindu dan kegembiraan yang tertahan disana... Antara ilalang, rumpun edelwis dan tebing-tebing yang curam.

*Terimakasih juga buat mas Ardan tuk kiriman poto-potonya :D
Serta buat om Boim Hula-Hula, yang telah berbagi poto pas di Danau hehe…


                                                                                                                                                                                                                    
 









                    




    
   







   

Rabu, 07 Januari 2015

"Kelambu" (Tirai) nan Menawan Di Tengah Hijaunya Hutan Tropis


Libur telah tiba, libur telah tiba,, horre horre horre ! hati ku gembira..
Hyups,, layaknya sang mantan penyanyi cilik Tasya yang berbinar ketika menyanyikan lagu libur telah tiba nya. Euphoria kebahagianpun selalu saja terpancar diwajah para pelajar, tiap kali pengumuman libur usai pembagian raport bergema di seantero sekolah di negeri ini. Dan so pasti, yang tak kalah heboh dan gembira kalau libur tiba yaaa tentu saja daku :D,, karena dengan begitu otomatis agenda tiap hari kerja di perpustakaan sekolah MAPK Syaikh Zainuddin NW Anjani juga ikut libur. Huhuyyy… Apalagi notabene aku memang punya hobi berpetualang, nggak keluar 1 hari dalam seminggu aja udah resah bin gundah gulana layaknya orang putus cinta. Hahahaha (lebayyy).
Maka ketika tiket libur 2 minggu full sudah digenggaman, kaki ku mulai gatal ingin segera memulai petualangan lagi. Dan akhirnya hari pertama libur ku lewatkan bersama dua sepupu ku dan 4 cewek-cewek cantik temannya, di Air Terjun Benang Stokel dan Air Terjun Benang Kelambu yang terletak sekitar 1 jam perjalanan dari desa tempat tinggal ku sekarang, desa Anjani Kec. Suralaga Kab. Lombok Timur.
Air terjun benang stokel dan benang kelambu terletak di wilayah yang sama yaitu di desa Aik Berik kec. Batukliang kab. Lombok Tengah. Akses perjalanan menuju tempat wisata ini melewati jalan pedesaan dengan kondisi yang sudah lumayan baik. Dengan suguhan panorama persawahan disepanjang kiri kanan jalan. Setelah menempuh perjalanan yang cukup melelahkan akhirnya kami sampai di lokasi wisata dan langsung membayar karcis masuk yang masih tergolong cukup murah. Hanya Rp. 3.000, per orang, dengan retribusi parkir Rp. 2.000, sedangkan untuk roda 4 Rp. 5.000,
Suasana di lokasi wisata ini sangat ramai karena bertepatan dengan hari pertama libur, bahkan ada beberapa bus karyawan dari PT. Pertamina Bandara Internasional Lombok juga terparkir diarea parkir kendaraan. Sesaat setelah menyerahkan tiket masuk ke lokasi air terjun, kami memutuskan untuk mengunjungi air terjun benang stokel terlebih dahulu, karena letaknya yang berada di bagian paling hilir. Sementara benang kelambu ada di hulu air terjun benang stokel, tetapi masih ada satu lagi yang berada paling atas dan menjadi hulu kedua air terjun tersebut, yaitu Sesere Waterfall. Namun karena keterbasan waktu kami terpaksa melewatkan panorama Sesere Waterfall.

Untuk mencapai air terjun benang Stokel kita harus melewati jalan yang menurun dan licin. 

Jalan ke Air terjun benang stokel yang curam dan licin


















Setelah berjalan sekitar 10 menit dari pintu masuk/ area parkir akhirnya kami tiba di air terjun benang stokel.

Berpose dengan latar air terjun benang stokel

























eksis terus meski panas :D










Hopss... gaya 2 jari pun tak ketinggalan ;)










































Setelah puas berpose didepan air terjun benang stokel, kami pun kembali melanjutkan perjalanan ke Air Terjun Benang Kelambu. Dari air terjun benang stokel ke air terjun benang kelambu berjarak sekitar 500 meter, atau sekitar 30 menit perjalanan dengan jalan kaki melewati jalan setapak yang membelah hutan tropis dan lembah-lembah terjal. Kondisi jalan yang terjal dan licin karena sudah memasuki musim hujan membuat kami harus berjalan ekstra hati-hati, meski napas tersengal-sengal setelah melewati beberapa tanjakan tinggi namun keceriaan dan canda tawa tak pernah berhenti meluncur dari mulut kami. Hal itu membawa ingatan ku kembali ke saat-saat melewati perbukitan terjal disepanjang jalur pendakian Gunung Rinjani Agustus tahun lalu.

Jalan pintas menuju air terjun benang kelambu

Eksis terus meski jalan jelek dan mulai ngos-ngos an.. ;)















Udara terasa sangat segar dan sejuk khas hawa pegunungan, suasana alamnya pun masih sangat alami. Karena Air terjun benang Kelambu terletak di tengah-tengah hutan tropis yang menghijau, dan belum banyak terekspos keluar. Karena keberadaannya belum dipublikasikan secara luas oleh pihak-pihak terkait.Maka tak heran jika pengunjungnya masih kebanyakan orang-orang lokal. Hanya ada beberapa orang turis mancanegara yang kami temui saat itu. 
Mendekati lokasi air terjun, suara riuh semakin jelas terdengar. Bersaing dengan nyanyian alam yang bergesek diantara pepohonan dan suara binatang hutan. Kami semakin bersemangat ingin segera tiba di lokasi, meski langkah kaki kami sudah mulai terasa letih melangkah. 

Melepas Penat sejenak sebelum ke air terjun

Tak seperti selama perjalanan ke air terjun benang stokel, di sepanjang perjalanan menuju air terjun benang kelambu banyak sekali dijumpai para pedagang yang hanya beratapkan “terpal”(tenda) berjejer di kiri kanan jalan. Harganya pun masih sama dengan yang di luar kawasan wisata. Jadi jangan khawatir kalau kehabisan bekal ;) ..
Setelah hampir 15-an menit berjalan dari air terjun benang stokel, akhirnya kami sampai juga di gerbang masuk air terjun benang kelambu. Tapi alamakkkk kata para pedagang yang kami temui disana, letak air terjunnya masih jauhhh dibawah. 

Pose dulu sebelum masuk ke kawasan air terjun benang kelambu

Perjalanan kembali berlanjut, meninggalkan pintu masuk dan hiruk para pedagang yang menawarkan makanan dan minuman kepada para pengunjung yang lalu-lalang. Kondisi jalan turun menuju air terjun benang kelambu memang sudah jauh lebih bagus daripada air terjun benang stokel. Karena disepanjang sisi kiri dan kanan sudah dipasang besi pengaman untuk pegangan, bahkan tangga nya pun sudah menggunakan semen. Tetapi aduhhhh jarak tempuhnya jauuuh lebih panjang. Sehingga kalau turun sih enak, lahh tapi kalau naik ampun deh gempor rasanya. Hahaha…

Ini dia nih tangga menuju air terjun

Begitu air terjunnya mulai terlihat, huiih rasanya ingin lari atau bahkan terbang melintasi anak-anak tangga terakhir :D…. gelak tawa kembali berderai di rombongan kami sembari menjejakkan kaki di beberapa anak tangga terakhir.
And finally,,, disinilah kami kini, bercengkrama di air terjun yang telah lama ku angan-angankan, dan penasaran dengan wujudnya yang hanya bisa ku dengar dari cerita adik-adik sepupu, serta teman-teman ku yang pernah kesana. kini, air terjun itu terpampang jelas dihadapan kami, 7 cewek bolang yang selalu doyan jalan-jalan ke tempat wisata di pulau kelahiran kami tercinta. hehehe...

Perpaduan Sempurna Putih dan Hijau


Air yang jatuh seperti Kelambu (Tirai) yang sangat tipis

Pengunjung yang Bercengkrama dengan Air terjun benang kelambu

“Maka nikmat Tuhan mu yang manakah yang kamu dustakan?” (QS. Ar-Rahman:13)

Luar biasa, Maha Karya yang sangat sempurna. Pemandangan di air terjun ini benar-benar memikat, aliran airnya berasal langsung dari sumber mata air Danau Segara Anak yang berada di Gunung Rinjani. Seperti

dibawah air terjun benang kelambu :D

   Para model dadakan                                                        When my dream come true ;)
                      

  
 Eksis terus di pinggir kolam 

Air Terjun Benang Kelambu, memiliki ketinggian 35 meter tidak langsung jatuh ke dasar, tetapi akan jatuh pada tingkatan kedua yang dibagian atas berupa sebuah kolam yang terbentuk dari lempengan-lempengan batu cadas. Setelah itu barulah aliran airnya jatuh di kolam yang berada pada bagian paling bawah. 
Belum puas berpose, tetapi perut kami benar-benar sudah dangdutan minta diisi amunisi hehe.. akhirnya kami memutuskan tuk makan siang dulu lalu kembali melanjutkan misi jeprat-jepret sembari mandi di air terjun.

Makan siang dengan bekal ala kadarnya

Berhubung hasrat tuk bermain air semakin menggebu-gebu, maka kami tak berlama-lama menikmati makan siang ala kadarnya. Ingin segera bercengkrama dengan air terjun euyy :D… tetapi karena kondisi dibawah air terjun utama sangat ramai, oleh pengunjung yang mandi atau hanya sekedar mengambil gambar dengan latar air terjun. Akhirnya kami memilih menyingkir ke air terjun yang berada disisi kanan air terjun utama. Air terjun ini pun tak kalah menarik dari air terjun utama.


                                        




















Ops,, ada 2 penyusup di belakang                     Perfecto !!! Right :D


        Segerrrrrr..................                                        Mulai kehabisan gaya. haha
                                 

Hari semakin beranjak siang, pengunjung yang datang pun semakin ramai memadati tempat wisata air terjun ini. Puas berpose, mandi dan mengabadikan keindahan panorama alam yang ada, akhirnya kami memutuskan untuk pulang. Setelah bercengkrama dengan alam pegunungan dengan latar air terjun benang kelambu selama 3 jam lebih. Menurut cerita yang diyakini oleh masyarakat setempat. Konon, jika mandi di air tejun benang kelambu dapat menyembuhkan segala macam penyakit dan dapat menjadikan awet muda. Fiuhhh.. teringat jalan pulang yang kali ini menanjak terus semangat kami agak menciut, tapi lagi-lagi celoteh riang menjadi obat tersendiri. ;)

Saat pulang, kami memilih kembali melewati jalur yang sama dengan jalur saat kami datang. Sebenarnya ada jalur alternative lain yang kondisi jalannya lebih bagus, tetapi jarak tempuhnya dua kali lebih jauh dan suasananya juga sepi. Tak seramai kalau melewati jalur kearah air terjun benang stokel. Bagi para pengunjung yang merasa malas berjalan lagi setelah bermain air di air terjun benang kelambu, juga bisa menggunakan jasa ojek yang tersedia didepan pintu masuk Air Terjun Benang Kelambu.
Oh lupa, hee... kalau anda dari kota mataram dan ingin menikmati panorama air terjun ini, hanya membutuhkan waktu sekitar 45 menit, atau 25 menit jika dari arah kota Praya Lombok Tengah. Anda bisa langsung ke wilayah pertigaan Mantang Lombok Tengah, belok kiri jika dari arah kota Mataram, tapi jika dari wilayah Lombok Timur belok kanan. Setelah itu langsung ke Desa Aik Berik kec. Batukliang kab. Lombok Tengah.

Hopp,,, akhirnya setelah setengah jam berjalan kaki, sampai juga kami di area parkiran sekaligus yang merupakan pintu keluar dari obyek wisata Air Terjun Benang Stokel, Benang Kelambu dan Sesere Waterfall.. senyum bahagia terpancar diwajah ke-6 teman ku yang notabene cewek semua, seperti juga aku. Meski kami masih harus menempuh perjalanan 1 jam tuk tiba di Lombok Timur, namun bahagia itu tetap ada :D.

Liburan hari pertama telah usai. PETUALANGAN SELANJUTNYA TELAH MENANTI, BUKANKAH BAHAGIA ITU SEDERHANA  KAWAN ;)
Terimakasih kawan atas waktu, dan keceriaan di balik pesona Kelambu nan Menawan.